Presiden RI Joko Widodo telah menetapkan kawasan Labuan Bajo sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas sekaligus juga lokasi perhelatan untuk Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
“Keputusan Bapak Presiden Joko Widodo memilih Labuan Bajo sebagai tuan rumah perhelatan berskala internasional merupakan sebuah terobosan. Infrastruktur yang dibangun tidak semata-mata untuk menyukseskan penyelenggaraan KTT Ke-42 ASEAN tetapi Presiden berharap ke depan, Labuan Bajo dapat menjadi destinasi wisata baru Indonesia bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Banyak kota di dunia dipasarkan melalui acara-acara internasional,” ujar Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra S. Atmawidjaja.
Labuan Bajo merupakan pintu masuk menuju Taman Nasional Komodo mengingat di wilayah inilah Bandara Internasional Komodo beroperasi. Bukan hanya itu, Labuan Bajo juga memiliki segudang destinasi wisata yang tidak kalah menarik dari Taman Nasional Komodo baik di sekitarnya. Sebutlah Gua Batu Cermin, Puncak Waringin, Cunca Wulang Canyon, Gunung Mbeliling, Air Terjun Cunca Rami, sampai Taman Nasional Kelimutu merupakan destinasi-destinasi wisata menarik di sekitar Labuan Bajo.
Labuan Bajo sendiri memang sudah cukup dikenal di kalangan turis internasional karena posisinya sebagai gerbang Pulau Komodo. Turis-turis yang berkunjung ke Labuan Bajo didominasi wisatawan negara-negara Barat.
Berdasarkan data dari “Market Analysis And Demand Assessments to Support The Development Of Integrated Tourism Destinations Across Indonesia”, turis-turis tersebut, antara lain, dari Australia, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, dan Belanda. Hal ini terlihat dari pesohor-pesohor dunia seperti pembalap MotoGP Valentino Rossi dan artis Hollywood Gwyneth Paltrow juga pernah menyambangi serta menikmati wisata Labuan Bajo, sebelum melanjutkan perjalanannya ke Taman Nasional Komodo.
Kendati demikian, DPSP ini memiliki tantangan dalam mendatangkan turis dari negara-negara Asia, khususnya ASEAN, yang cenderung mempertimbangkan promosi, toko cenderamata, serta fasilitas infrastruktur daerah wisata tersebut.
Maka dari itu Pemerintah memilih KTT ASEAN sebagai perhelatan internasional sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan Labuan Bajo ke level ASEAN khususnya dan Asia pada umumnya. Tentunya tidak cukup melalui promosi via KTT ASEAN, Pemerintah juga membuktikan kesungguhan untuk menarik para turis Asia tersebut dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang ditujukan untuk menghadirkan wajah baru Labuan Bajo.
Dalam pembangunan infrastruktur terkait DPSP, Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR bertujuan untuk menciptakan penataan ruang publik yang sesuai dengan karakteristik dan kearifan lokal budaya daerah sehingga dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pembangunan infrastruktur tersebut juga dilaksanakan sesuai dengan amanah major project yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembangunan infrastruktur pada setiap DPSP direncanakan secara terpadu baik dalam hal penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan sebagainya.
Sedangkan untuk mendukung pengembangan DPSP Labuan Bajo, Kementerian PUPR sudah melakukan optimalisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Labuan Bajo dengan kapasitas 250 m3/hari dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Wae Mese II berkapasitas 2 x 50 liter/detik. Kehadiran IPAL dan SPAM tersebut bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat dan fasilitas wisata di Labuan Bajo.
Infrastruktur sumber daya air lainnya yang dibangun yakni Embung Anak Munting, di mana pembangunan embung ini bertujuan untuk konservasi dan mendukung pariwisata. Embung berkapasitas tampung 159.481 m3 ini merupakan infrastruktur sumber daya air yang melakukan teknik memanen air di daerah kering atau minim curah hujan. Embung juga berfungsi untuk menampung dan menjamin ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan, baik pada musim kemarau maupun hujan. Selain itu, embung juga berperan dalam menjaga ketersediaan air tanah.
Untuk infrastruktur konektivitas, Pemerintah membangun Jalan Akses Labuan Bajo – Golo Mori. Jalan akses sepanjang 25 kilometer dengan anggaran sebesar Rp481 miliar tersebut memiliki peran untuk menghubungkan kawasan Labuan Bajo dan Golo Mori, mengingat wilayah Golo Mori merupakan Kawasan Ekonomi Khusus yang menjadi bagian dari DPSP Labuan Bajo sekaligus juga salah satu lokasi perhelatan KTT ASEAN. Kehadiran jalan akses tersebut tentunya membantu dalam memangkas waktu tempuh Labuan Bajo – Golo Mori dari awalnya 2-3 jam menjadi hanya 30 menit.
Monaco-nya Indonesia
Pembangunan infrastruktur yang paling menonjol hingga mengubah Labuan Bajo secara signifikan sebagai destinasi wisata berkelas dunia adalah penyelesaian kawasan Waterfront Marina dan penataan Puncak Waringin.
Kawasan Waterfront Marina terbagi menjadi lima zona, antara lain, Zona 1 Bukit Pramuka, Zona 2 Kampung Air, Zona 3 Dermaga, Zona 4 Kawasan Pantai Marina, dan Zona 5 Kampung Ujung. Tujuan dari penataan kawasan tersebut untuk menciptakan ruang terbuka dan aktivitas kreatif bagi masyarakat serta wisatawan dalam rangka menikmati keindahan laut Labuan Bajo.
Selain itu, Kawasan Marina tersebut juga nantinya dapat berperan sebagai dermaga wisata dan waterfront city berkelas dunia, seperti Kota Monaco, yang menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal pesiar dan kapal-kapal wisata.
Sektor kapal pesiar dan kapal wisata, khususnya kapal yacht merupakan salah satu potensi utama Labuan Bajo mengingat para wisatawan yang menuju Taman Nasional Komodo menyewa atau menggunakan kapal wisata dan kapal yacht pribadi di Labuan Bajo. Kawasan Marina ini semakin mengukuhkan keberadaannya sebagai dermaga wisata kelas dunia, tatkala Waterfront Marina itu menjadi tempat bersandar dan berlabuhnya Kapal Phinisi Ayana yang ditumpangi Presiden RI Joko Widodo bersama para pemimpin negara-negara ASEAN.
Infrastruktur menonjol lainnya yang terbangun di Labuan Bajo adalah penataan Puncak Waringin. Puncak Waringin dibangun dalam rangka sebagai creative hub dan pusat suvenir kearifan lokal yang dilengkapi rumah tenun, amphiteater, ruang terbuka hijau dan area parkir. Posisi Puncak Waringin sebagai pusat suvenir UMKM Labuan Bajo pada akhirnya terbukti, ketika Ibu Negara RI Iriana Joko Widodo mengajak para pendamping pemimpin negara anggota ASEAN menyambangi destinasi tersebut. Penataan destinasi wisata tersebut juga dilaksanakan dengan skema padat karya tunai yang melibatkan masyarakat setempat.
Apakah pembangunan infrastruktur di Labuan Bajo cukup hanya pada KTT ASEAN 2023? Tentu tidak. Kendati kini Labuan Bajo memiliki wajah baru yang sangat berbeda dan cantik dibandingkan sebelumnya, Pemerintah memutuskan untuk terus melengkapi dan mengembangkan DPSP tersebut dengan berbagai prasarana dan sarana lainnya seperti memperluas dan memperbanyak model penghijauan sekaligus memperindah Goa Batu Cermin.
Komitmen melanjutkan pembangunan infrastruktur di DPSP Labuan Bajo juga dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tetap di atas angka lima persen. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah terhadap Labuan Bajo sebagai DPSP berhasil mengubah desa nelayan kecil tersebut menjadi kawasan commercial dan tourism hub.
Lengkapnya sarana infrastruktur yang terbangun menjadikan DPSP tersebut menjadi destinasi wisata baru berkelas dunia yang sama terkenalnya dengan Taman Nasional Komodo. Tentunya dengan berbagai infrastruktur yang telah dibangun dan upaya promosi melalui KTT ASEAN diharapkan dapat mengundang serta menarik turis dari negara-negara Asia untuk mengunjungi dan menikmati keindahan Labuan Bajo.